PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA MUSKULOSKELETAL
1.
Sinar – X
Menggambarkan kepadatan tulang,
tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk
pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang dapat
menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X
sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan
struktur sendi
2.
CT Scan (Computed Tomografi Scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu
dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon.
CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang di
daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa
dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
3.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik pencitraan khusus, non
invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk
memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau penyempitan jaringan lunak. Klien
yang mengenakan implant logam atau pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan
ini. Perhiasaan harus dilepas, klien yang klaustrofobia biasanya tidak mampu
menghadapi ruangan tertutup tanpa penenang.
4.
Angiografi
Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu
bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil
foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut.
Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan
untuk indikasi tindakan amputasi yang akan dilaksanakan. Perawatan setelah
dilakukan prosedur yaitu klien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk
mencegah perdarahan pada tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan,
perdarahan dan hematoma serta nya pantau ekstremitas bagian distalnya untuk
menilai apakah sirkulasinya adekuat.
5.
Digital Substraction Angiography
(DSA)
Menggunakan teknologi komputer untuk
menggambarkan sistem arteri melalui kateter vena. Sedangkan, venogram adalah
pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis
vena dalam
6.
Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan
menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga subarakhnoid spinalis lumbal,
dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan
kanalis spinalis) atau adanya tumor. Sementara, diskografi adalah pemeriksaan
diskus vertebralis dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam diskus dan
dilihat distribusinya
7.
Arthrografi
Penyuntikkan bahan radiopaque atau
udara ke dalam rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur
sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara diambil gambar
sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat berguna untukmengidentifikasi adanya
robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga lutut, bahu,
tumit, pinggul dan pergelangan tangan. Bila terdapat robekan bahan kontras akan
mengalami kebocoran keluar sendi dan akan terlihat dengan sinar-X. Perawatan
setelah dilakukan artrogram, imobilisasi sendi selama 12-24 jam dan diberi
balut tekan elastis. Tingkatkan kenyamanan klien sesuai kebutuhan
8.
Arthrosentesis (aspirasi sendi)
Dilakukan untuk memperoleh cairan
sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk meghilangkan nyeri akibat
efusi. Normalnya, cairan sinovial adalah jernih dan volumenya sedikit. Cairan
sinovial lalu diperiksa secara makroskopis terkait dengan volume, warna,
kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara mikroskopis diperiksa jumlah sel,
identifikasi sel, pewarnaan Gram, dan elemen penyusunannya. Pemeriksaan ini
sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi,
serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah pada trauma atau
kecenderungan perdarahan.
9.
Arthroskopi
Merupakan prosedur endoskopi yang
memungkinkan pandangan langsung ke dalam sendi. Pemeriksaan ini dilakukan di
kamar operasi dan memerlukan anestesi lokal atau umum sebelumnya. Jarum bor
besar dimasukkan dan sendi direnggangkan dengan salin. Artroskop kemudian
dimasukkan dan struktur sendi, sinovium dan permukaan sendi dapat dilihat.
Perawatan yang dilakukan setelah tindakan adalah dengan menutup luka dengan
balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari
pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.
10.
Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan derajat sejauh mana
matriks tulang “mengambil” isotop radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke
dalam sistem tersebut. Pemindai dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop
diinjeksikan. Derajat ambilan nuklida berhubungan langsung dengan
metabolisme tulang. Peningkatan ambilan
tampak pada penyakit primer tulang (osteomielitis) dan pada jenis patah tulang.
11.
Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari
permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti artritis dan infeksi, neoplasma
harus dievakuasi. Pemeriksaan serial berguna untuk mendokumentasikan episode
inflamasi dan respons klien terhadap terapi pengobatan antiinflamasi.
12.
Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial
listrik otot dan saraf yang menyarafi. Tujuannya adalah menentukan abnormalitas
fungsi unit motor end. Setelah tindakan berikan kompres hangat untuk mengurangi
ketidaknyamanan.
13.
Absorpsiometri foton tunggal dan
ganda
Uji noninvasif untuk menentukan
kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan atau tulang belakang.
Osteoporosis dapat dideteksi dengan menggunakan alat densitometri.
14.
Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur
dan komposisi tulang, otot, dan sinovium serta untuk membantu menentukan
penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan prosedur
adalah memantau adanya edema, perdarahan
dan nyeri. Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi edema, bahkan pemberian
analgetik untuk mengatasi nyeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar